Yayasan Islam Al-Aqsha Kelapa Gading Jakarta Utara- (021) 4505722, (WA) 081384525926

Peduli akan Kebudayaan Indonesia Yang Akan Hilang

>> Minggu, 31 Januari 2010

Kebudayaan Indonesia yang kita kenal belakangan ini jarang sekali terlihat di mata masyarakat luas. Banyak sekali yang mengklaim dan bahkan orang Indonesia sendiri yang merusak dan menghilangkan budayanya sendiri. tentunya kita prihatin akan hal ini. Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia dapat mempertahankan dan melestarikan budaya negeri kita.

Kenapa banyak masyarakat yang justru lebih memilih moderenisasi yang justru malah melupakan kebudayaan nenek moyang. Apa kita malu punya budaya yang seperti ini.
Mana kebanggaan kalian?mana jiwa Nasionalis kalian? Orang tua kita jaman dahulu mempertaruhkan dan memperjuangkan segalanya demi negara. Tapi generasi pnerusnya Malah tidak mau menjaga dan melestarikan. Kalau sudah Diklaim baru kita Panik Dan seperti Orang kebekaran jenggot. Harusnya kita cepat tanggap dan peduli terhadap kebudayaan kita.

Read more...

Proposal Pembangunan Gedung Sekretariat

>> Selasa, 19 Januari 2010


Read more...

Memaknai Budaya Tahun Baru

>> Jumat, 08 Januari 2010

TANGGAL 25 Desember 2009, kalender Islam mengakhiri tahun 1430 Hijriah dan berganti tahun baru 1431 Hijriah. Kita ketahui, tahun baru Islam lebih dulu daripada tahun baru Masehi. Seperti biasanya, setiap memasuki tahun baru Masehi, sorak-sorai, meniup terompet, menjerit histeris, pesta pora, berkeliling ke jalur ramai, pesta kembang api, dan begadang, sebagai tanda penting kalau telah tiba tahun baru Masehi. Dialah 1 Januari.


Kalau di Jawa, tahun baru Hijriah disebut juga pergantian tahun baru Jawa, 1 Suro. Di Jogjakarta, perayaan tahun baru Hijriah atau 1 Suro acara ritualnya lebih terasa dibanding merayakan tahun baru Masehi. Seperti di Pekanbaru saja, suasana tahun baru Masehi, umumnya dirayakan dengan kesan hura-hura, sementara jika perayaan 1 Suro ini, dilakukan secara diam (membisu). Membisu di sini berdiam diri untuk melakukan introspeksi terhadap apa-apa yang telah kita lakukan selama tahun sebelumnya, dan mempersiapkan apa-apa yang patut dilakukan tahun baru. Selanjutnya diakhiri dengan doa kepada Allah SWT untuk bermohon dibimbing dan dilindungi oleh-Nya di tahun baru Hijriah.

Sebenarnya penulis tidak mempermasalahkan momentum hura-hura dalam menyambut tahun baru Masehi. Dan tidak memvonis, kalau perayaan tahun baru Masehi tak bisa diterima oleh kaidah kehidupan sehari-hari. Tapi bagaimana memaknai tahun baru Hijriah hendaknya dapat dimanfaatkan bagi umat Islam sebagai bahan evaluasi diri untuk memasuki tahun baru yang lebih baik lagi. Kalau kita melihat historinya, ada pesan berharga yang patut menjadi bahan renungan bagi umat Islam, bahwa di bulan ini ada peristiwa besar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu hijrahnya Beliau demi menegakkan syiar Islam.

Singkat ceritanya, menurut riwayat para ulama ahli tarikh yang mashur, tarikh Islam mula-mula ditetapkan oleh Umar bin Khattab RA. ketika ia menjadi khalifah pada tahun 17 Hijrah. Menurut kisahnya, hal ini terjadi disebabkan pada suatu hari Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa Al-Asy’ari RA, tanpa dibubuhi tanggal dan hari pengirimannya. Hal itu menyulitkan bagi Umar untuk menyeleksi surat yang mana terlebih dahulu harus diurusnya, sebab ia tidak menandai antara surat yang lama dan yang baru. Oleh sebab itu, Umar mengadakan musyawarah dengan orang yang terpandang dikala itu untuk membicarakan serta menyusun masalah tarikh Islam.

Musyawarah tersebut ada beberapa pilihan tahun bersejarah sebagai patokan untuk memulai tarikh Islam tersebut, yaitu, tahun kelahiran Nabi Muhammad, tarikh kebangkitannya menjadi Rasul, tahun wafat Rasul, atau ketika Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Di antara pilihan tersebut, akhirnya ditetapkanlah dimulai dari hari berpindahnya (hijrahnya) Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah menjadi awal tarikh Islam, yaitu awal tahun Hijriyah, sebagaimana dahulu telah ditetapkan, bahwa, hari Nabi Isa AS, dilahirkan dan ditetapkan sebagai awal tahun Miladiyah atau Masihiyah.

Kemudian setelah permulaan tahun itu diputuskan, maka dimusyawarahkan pula bulan apa yang baik dipergunakan untuk tiap-tiap awal tahun tersebut. Akhirnya setelah dipilih, maka ditetapkanlah bulan Muharramlah yang dipergunakan untuk permulaan tahun Islam.

Melalui buku Sirah Nabawiyah, Buku Ke-I, DR Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy memuat, hijrahnya Nabi sangat besar artinya dalam sejarah perkembangan dakwah Islamiyah. Karena setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, dakwah Islam mulai mencapai kejayaannya yang gemilang. Kalau sebelum hijrah ummat Islam adalah golongan yang ditindas dan disiksa oleh kaum Musyrikin, maka setelah Nabi hijrah, kaum muslimin telah mempunyai kedudukan yang kuat dan telah terbentuk sebuah negara Islam yang memiliki peraturan, pimpinan serta undang-undang tersendiri.

Oleh karena itu, diharapkan peristiwa hijrah akan dikenang oleh umat Islam pada tiap-tiap tahun bagaimana perjuangan yang gigih dan pengorbanan tenaga dan jiwa raga Nabi serta para sahabatnya dalam menegakkan Islam. Di samping itu, hijrah Nabi juga menunjukkan, bahwa Allah memisahkan dan membedakan antara yang hak dan yang batil, membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Dari kisah di atas, penulis melihat, kalender Islam sudah masuk di tahun baru 1431 Hijriah yang lebih awal dari tahun Masehi. Memaknai tahun baru Hijriah, penulis mencoba menuai harapan, agar umat Islam sebagai umat terbaik seharusnya menjadi tauladan, mempunyai cara dan sikap yang menjunjung tinggi ajaran wahyu dalam memaknai tahun baru Hijriah, agar dapat membedakan dengan cara dan adat orang lain.

Cara memperingati tahun baru Hijriah seperti yang Rasulullah SAW sabdakan, Barangsiapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharram, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah Taala menjadikan kaffarat/tertutup dosanya selama 50 tahun.

Itulah tonggak sejarah Islam yang dicanangkan ke seluruh dunia. Fenomenanya saat ini, kedatangan tahun baru Islam sepertinya sepi akibat begitu lama umat Islam terkontaminasi dan terlalu mengagung-agungkan kalendar Masehi ketimbang tahun Hijriah dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ini menyebabkan umat Islam sendiri tidak ingat bulan-bulan dalam Islam, kecuali Ramadan, Syawal dan Zulhijjah saja. Bukti lain juga jarangnya umat Islam mengucapkan selamat tahun baru Hijriah ke sesama umat Islam dan lebih mempopulerkan ucapan selama tahun baru Masehi.

Ada pandangan, inilah adalah usaha besar kaum kafir merusak serta menjauhkan umat Islam dari ruh Islam, termasuk berupaya agar umat Islam tidak menghayati tahun Hijriah dalam kehidupan.

Seperti yang diutarakan QS Al-Baqarah: 109, sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Pesannya juga, kita sebagai umat Islam tentunya kita harus konsekuen terhadap keyakinan/akidah yang kita anut, karena sesungguhnya merayakan momentum tahun baru Masehi itu bukanlah budaya Islam. Jadi, janganlah sekali-kali terpengaruh dan mengadopsinya menjadi bagian dari budaya umat Islam.

Penulis coba menyimpulkan pesan buat kita semua umat Islam, agar momentum tahun baru Masehi ini alangkah baiknya kita isi dengan mengingat kepada Allah SWT, introspeksi diri, dan memaknai apa yang harus kita tingkatkan dalam beribadah. Karena ini jauh lebih baik ketimbang merayakannya dengan hura-hura dan tidak tidur menunggu masuknya tahun baru Masehi.

Lalu yang terpenting lagi, baiknya kita melakukan tafakkur panjang sebagai renungan terhadap kemampuan kita dalam menjalankan dan menegakkan syariat Islam. Kemudian kita sama-sama mencoba mengingat amalan ibadah yang telah kita lakukan selama ini. Apakah sudah mantap ibadah kita? Yakinkah, kita esok masih hidup?***

Parlindungan SH MH,
alumni Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Riau.

Read more...

Sepak Bola

Sepak Bola
Kegiatan Sepak Bola LSN

Hadroh

Hadroh
Tim Hadroh

Pencak Silat

Pencak Silat
Kegiatan Pencak Silat di Puncak

  © WebMaster Yayasan Al-Aqsha by Al-Aqsha 2009 Back to TOP